Maklumat

Tulisan-tulisan terkini dapat juga didapatkan di halaman Kompasiana di alamat https://kompasiana.com/didikaha

Khusus untuk konten-konten sastra seperti puisi, cerpen dan esai silahkan kunjungi http://blog.edelweis-art.com. Terima kasih (Penulis)

Kamis, Juli 26, 2007

MASA LALU ...


KADANG
, saat membuka kembali lembaran-lembaran "masa lalu", atau menyusuri kembali jalan-jalan, menyinggahi kembali tempat-tempat, ataupun menikmati kembali hal-hal yang dulu pernah terakrabi, serasa ada yang menyeri di dada. Entah apa. Serasa ada yang menggumpal pula dalam lubuk mata. Semacam kerinduan dan ... rasa kehilangan.

Yah.. gedung-gedung sekolah, tanah-tanah lapang dan jalan-jalan setapak tempat dulu bermain-main dan berlari-lari saat kanak-kanak (yang sebagiannya kini telah hilang), film-film kartun, diary, foto-foto, ...

Kadang, mengingat kembali semua kenangan yang pernah dijalani, ada keinginan pula untuk mengulangnya kembali: meleburkan kembali diri pada peristiwa-peristiwa itu ... Terlebih di saat-saat kepenatan dan keletihan hidup yang kadang tiba-tiba menyergap tanpa peduli sekarang ini.

Ah, betapa nikmatnya barangkali dapat menikmati semua itu kembali. Menikmati hidup dengan kenakalan-kenakalan kecil yang polos. Dengan peristiwa-peristiwa baru yang tak pernah menawarkan kebosanan. Dengan rutinitas yang selalu terindukan dan terimpikan pada malam hari.

Yah.. tapi waktu pun memang adalah sebuah garis bujur ke depan yang, meski kadang tidak lurus namun tak pernah mempunyai lengkungan ke belakang. Emosi dan perasaan selalu tumbuh seperti cemara yang kadang gugur dan bersemi namun tak pernah bisa kembali menjelma sebagai tunas ataupun mengecil kembali.

Dan kenangan-kenangan itu, masa lalu itu, memang barangkali adalah hal yang sepatutnya cukup dimiliki, sekarang, sebagai pelepas lelah dan kepenatan hati. Kembali ke masa lalu adalah kembali menjalani hidup sekarang, hidup saat ini. Karena peristiwa-peristiwa sekarang, kelak akan menjadi masa lalu pula.

Biarlah "masa lalu" kita nikmati terus kesinambungannya dalam kebugaran semangatnya, dalam kesukacitaan emosinya. Hingga kelak, seluruh "masa lalu" kita, kan dapat terwariskan pada anak-anak dan cucu-cucu kita, sebagai dongeng dan cerita yang bisa mewariskan pula semangat yang sama pada mereka saat menyimaknya, seperti yang kita alami saat merangkainya, penuh sukacita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar