Maklumat

Tulisan-tulisan terkini dapat juga didapatkan di halaman Kompasiana di alamat https://kompasiana.com/didikaha

Khusus untuk konten-konten sastra seperti puisi, cerpen dan esai silahkan kunjungi http://blog.edelweis-art.com. Terima kasih (Penulis)

Kamis, Juli 31, 2008

Badhekan

Humor merupakan salah satu faktor indikasi kesehatan mental seseorang. Ketika seseorang sudah tidak peka lagi terhadap humor atau bahkan ia telah kehilangan sense of humor dalam hidupnya: kerap menanggapi segala sesuatunya secara "serius" dan "tegang", mudah tersinggung, cenderung mengangap masukan (baca: kritik) orang lain sebagai cemoohan dan hujatan, atau lebih parah lagi, jika dalam kamus hukum kita ada istilah "praduga tak bersalah", maka asas yang dianutnya adalah asas "praduga bersalah" yang ia terapkan baik kepada orang lain ataupun kepada dirinya sendiri hingga ia cenderung menyalahkan dan mengutuki diri sendiri saat ia mengalami suatu kegalan dan terlarut terus dalam penyesalan dan ratapan yang tiada henti.

Begitu pentingnya humor dalam kehidupan seseorang, hingga dalam terapi psikologi, humor ditempatkan pada level yang cukup tinggi (baca, antara lain: Terapi Humor dalam Psikologi Islam oleh Rena Latifa).

Salah satu bentuk humor yang cukup "paten" dijadikan sebagai indikator tersebut adalah badhekan atau tebak-tebakan. Bahkan lebih dari sekedar humor, badhekan berkaitan pula dengan kecerdasan logika seseorang dalam menangkap, memahami dan mengurai suatu persoalan. Badhekan, meski tidak mutlak, juga bisa dijadikan alat ukur sejauh mana kadar ataupun tingkat relationship yang dimiliki seseorang dengan orang-orang lain terutama teman dan keluarga, sebab badhekan merupakan suatu hal (baca: tradisi) yang berkembang secara sosial, dapat diketahui seseorang hanya dengan melalui pergaulan dan interaksi dengan orang-orang lain—meski tidak menutup kemungkinan, dengan kecerdasan logika dan humor yang tinggi dalam diri seseorang, ia dapat langsung menebak secara cerdas badhekan yang diajukan kepadanya, toh tetap saja itu berhubungan dengan yang namanya "humor".

Sabtu, Juli 26, 2008

Perlunya Kesadaran Bangsa Serumpun*

Oleh Viddy A.D. Daery**

Indonesia
dan Malaysia baru saja membentuk Dewan Pakar atau Eminent Persons Group (EPG) yang diresmikan Presiden SBY dan PM Malaysia Ahmad Badawi di Kuala Lumpur. Forum 14 pakar kedua negara itu bertugas membahas berbagai masalah guna meredakan ketegangan jika kedua negara terlibat konflik.

Menurut Dr Pudentia, anggota EPG dari Indonesia yang membawahi bidang budaya, ketika saya wawancarai via telepon, EPG sedang mengumpulkan berbagai data untuk merumuskan berbagai masalah antara dua bangsa serumpun, yaitu Indonesia-Malaysia, yang sering tampak ''tidak mesra".

Pada awal Agustus ini, beliau mengunjungi wilayah Satun, Thailand Selatan, serta Kepulauan Andaman dan Nicobar. Di sana terdapat masyarakat Melayu yang di antaranya adalah keturunan Jawa. Karena itu, di Patani dekat Satun, ada Kota Gerisik, yang di masa lalu sering dikunjungi para pedagang dan ulama Gresik di zaman Sunan Gresik.

Baru-baru ini, Menkominfo Mohammad Nuh dan Menteri Penerangan Malaysia yang baru Datok Ahmad Shabery Chik dengan tim masing-masing bertemu di Hotel Nikko, Jakarta, guna persiapan penandatanganan MoU kerja sama penyiaran dan pers/media massa negara/publik, swasta, berbayar maupun komunitas.

Selain itu, terbuka kemungkinan masyarakat luas dari kedua negara serumpun menyumbang ide dan saran, mungkin terutama dalam hal penekanan penyadaran keserumpunan.

Faktanya, Indonesia-Malaysia merupakan satu saudara sedarah, pernah menjadi satu kerajaan besar Melayu Raya, yaitu pada zaman Sriwijaya abad 7-9 M dan zaman Majapahit abad 13-15 M.

Dalam seminar Bugis di Indonesia-Malaysia baru-baru ini terungkap bahwa Sultan Johor adalah berdarah Bugis, keturunan pahlawan Bugis yang melarikan diri dari Kerajaan Gowa, Makassar, ketika terjadi perang saudara dengan Bone, yang Belanda ikut memecah belah.

Tentu banyak yang tahu Sultan Negeri Sembilan Malaysia adalah keturunan Raja Minangkabau. Juga, terungkap dalam diskusi sastra penyair Selangor, Malaysia, di TIM Jakarta baru-baru ini bahwa raja Kelang, Selangor, adalah keturunan Jawa dari zaman Majapahit.

Belum lagi kalau menelusuri zuriah Sultan Pahang, Perak, dan Kedah yang masih punya hubungan darah dengan sultan-sultan Aceh dan Melayu Deli. Alhasil, memang Malaysia dan Indonesia berasal dari darah yang sama, tetapi kenapa menurut seorang penanya seminar dari Malaysia, ''Kok masyarakat Indonesia lebih benci kepada Malaysia daripada Israel dan sebaliknya lebih bangga bersahabat dengan orang Amerika, Eropa, dan Tiongkok daripada bersahabat dengan orang Malaysia? Padahal, TKI mencari makan dengan mudah di Malaysia, sebaliknya dipersulit dan diinterogasi berjam-jam kalau mau masuk Amerika dan Eropa???"

Peran Media Massa

Maka, ada kesadaran bahwa peran media massa sangat ampuh untuk membangun atau sebaliknya menghancurkan kesadaran bangsa. Itu sudah terbukti dalam kisruh Indonesia-Malaysia.

Dalam seminar di Jakarta tersebut, seorang Sekjen Dewan Kesenian Ponorogo mengaku ditelepon berbagai wartawan daerah maupun ibu kota. Dia diprovokasi agar memprotes Malaysia setelah maraknya isu Malaysia mengklaim Reog Ponorogo, padahal kemudian terbukti yang memainkan Reog Ponorogo di Malaysia adalah imigran Ponorogo yang menguasai wilayah Batu Pahat, Johor, sejak disewa Inggris sebagai kuli perkebunan kopi dan karet pada 1800-an.

Demikian juga, penyiksaan TKI Indonesia oleh majikan etnis Tiongkok dan India karena masalah perbedaan agama sehingga ada konflik soal daging babi dan tidak boleh salat yang berujung penyiksaan. Media massa jarang, bahkan 99 persen tidak ada yang menyebut soal majikan etnis Tiongkok dan India sehingga seakan-akan yang menyiksa adalah rumpun keluarga sendiri sesama Melayu/Jawa.

Selain itu, terungkap dalam seminar tersebut, Indon adalah sebutan sayang, bukan sebutan menghina. Bahkan, para TKI di Kuala Lumpur bangga dan menyebut diri mereka Indon untuk membedakan diri dengan Filipino dari Filipina dan orang Thai atau Siam dari Thailand atau orang Cham dari Kamboja karena wajah dan postur mereka sama persis dengan Indonesia. Tentu juga sama dengan orang Melayu Malaysia. Sesungguhnya dalam bahasa antropologi, mereka semua adalah satu ras besar Austronesia atau Austro-Polinesia.

Satu Rumpun Besar

Dengan demikian, pertemuan kerja sama dua menteri penerangan Indonesia-Malaysia bisa berarti hendak memupuk lagi kesadaran persaudaraan dan kekeluargaan satu rumpun besar. Sebab, memang sejak reformasi, semua tatanan hancur berantakan, digulung gelombang perubahan tanpa skenario dan semua meneriakkan hak masing-masing, terutama penonjolan hak-hak kaum minoritas sambil mengeliminasi atau menyepelekan hak masyarakat luas.

Apalagi terbukti dari beberapa dokumen yang ditemukan, perjuangan hak kaum minoritas itu didanai besar-besaran oleh yayasan-yayasan Zionis dari luar negeri. Karena itu, mereka tidak pernah kehilangan nyali dan tenaga untuk menantang perang kaum mayoritas.

Kalau kita ingat pada 1950-an, film-film Malaysia sangat digemari penonton Indonesia dan poster-posternya terpampang berminggu-minggu di bioskop-bioskop kecil di seluruh pelosok Indonesia. Sebaliknya, film-film Indonesia juga disukai penonton Malaysia dan posternya berkibar-kibar di pawagam-pawagam (bioskop kuno) seluruh negara bagian Malaysia.

Di layar TVRI dan RTM-1 Malaysia, setiap bulan ada siaran bersama Titian Muhibbah sepanjang pemerintahan Orde Baru. Tetapi, kini semua itu musnah ditelan prahara reformasi yang ditumpangi para penumpang gelap. Padahal, bisa saja di dalamnya ada niat tersembunyi untuk menghancurkan bangsa Indonesia.

* Dikutip dari Jawa Pos Online edisi 25 Juli 2008
** Viddy A.D. Daery , anggota tim ahli analis media staf khusus Menkominfo di Jakarta

Senin, Juli 21, 2008

"Error Log!" yang Sering Terlupakan .. (Seri Joomla!)*

Membuat mungkin gampang, tapi yang susah adalah merawatnya.

Pepatah ini barangkali berlaku juga buat website yang kita miliki. Yah, merancang dan membangun sebuah web, barangkali tidaklah susah-susah amat. Terlebih sekarang sudah ada paket website "siap saji" seperti Joomla! yang ibarat mie instan, hanya perlu "diseduh" sebentar untuk kemudian dapat disajikan dan dinikmati. Namun yang menjadi persoalan adalah merawatnya kemudian. Karena bukan tidak mungkin website yang telah kita bangun dan kembangkan sedemikian rupa, akan menjadi sia-sia gara-gara di-obok-obok orang. Tidak terkecuali untuk web yang berbasis Joomla!. Meski sistem sekuritas Joomla! bisa dibilang oke, toh Joomla! sudah demikian populernya, di mana merupakan "dilema" tersendiri bahwa anatomi sistem Joomla! (tentang tata letak file dan folder) tentu sudah tersebar luas juga sebagai rahasia umum "peta harta karun" website yang bersangkutan. Mau tidak mau kita harus lebih ekstra waspada. Terlebih jika web yang kita kelola bersangkutan dengan hajat dan kepentingan banyak orang. Entah karena web kita merupakan web komunitas yang menghimpun banyak orang dengan beragam pengetahuan dan kepribadian (baca: sifat), entah karena domain yang kita miliki cukup nyentrik hingga menjadi incaran banyak orang, entah karena ketatnya persaingan bisnis yang kita geluti, hingga tidak mungkin ada satu-dua orang yang "tidak suka" dengan kita dan berusaha mengacaukan segala sistem yang kita miliki—termasuk website kita, bla bla bla ...

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk lebih meningkatkan keamanan website kita. Hal yang terpenting tentu saja melakukan back-up secara rutin, termasuk setelah kita melakukan pembaharuan (update) template, komponen maupun modul, ataupun penambahannya. Selain kita bisa melakukan back-up dari kontrol panel hosting web, khusus untuk web Joomla! kita pun bisa melakukannya dari halaman belakang (back-end) web Joomla! kita dengan memanfaatkan komponen back-up seperti yang ada di Joomla! Extensions Directory.

Kedua, jika dianggap perlu, kita bisa juga melakukan modifikasi terhadap file maupun folder bawaan Joomla! seperti mengganti login default administrator hingga dapat mengacaukan "peta harta karun" kita.

Ketiga, pastikan permissions untuk folder-folder penting seperti administrator, components, includes dan modules tidak lebih dari 755 dan untuk file-filenya tidak lebih dari 644.

Keempat, dan ini yang mungkin sering dilupakan, periksa Error Log! secara berkala. Error Log! menyajikan daftar log (akses) ke website yang dianggap menyalahi ataupun membahayakan. Dari Error Log! inilah kita bisa mengetahui siapa-siapa yang berusaha "campur-tangan". Termasuk mendapatkan informasi tentang kekeliruan prosedur yang kita jalankan serta informasi tentang file dan ataupun folder yang perlu dibenahi— yang bisa mnejadi rujukan saat terjadi instalasi error komponen, modul, mambot ataupun template. Dari Error Log! inilah kita bisa memutuskan langkah atau solusi apa kemudian. Misalnya memblokir IP pengunjung yang dianggap "nakal". Kita bisa mengakses error Log!, dari halaman cPanel, web kita ataupun dengan memanfaatkan komponen semacam yang bisa didapatkan di Joomla! Extensions Direktory

Salam! :)

* dimuat juga di kolom Tutorial ID Joomla!