Maklumat

Tulisan-tulisan terkini dapat juga didapatkan di halaman Kompasiana di alamat https://kompasiana.com/didikaha

Khusus untuk konten-konten sastra seperti puisi, cerpen dan esai silahkan kunjungi http://blog.edelweis-art.com. Terima kasih (Penulis)

Rabu, Mei 23, 2007

ISRA` MI`RAJ, EINSTEIN DAN KEBENARAN FIRMAN ILAHI

(Sebuah Tinjauan)

ISRA`MI`RAJ, sebagai sebuah peristiwa metafisika (gaib), barangkali bukan sesuatu yang istimewa. Kebenarannya bukanlah sesuatu yang luarbiasa. Kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah (: dogmatis) yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani. Valid tidaknya kebenaran peristiwa metafisika—secara akal, bukanlah soal selagi ia diimani.
Namun, Isra` Mi`raj bukanlah peristiwa metafisika. Ia adalah peristiwa fisika (: nyata; badaniah) yang dialami dan dijalani Nabi Muhammad saw dengan segenap kesadaran inderawinya, sebagaimana diterangkan dalam Alqur`an surat Al-isra` ayat 1 dan Annajm ayat 13.
Maka, sebagai peristiwa fisika, Isra` Mi`raj adalah sesuatu yang istimewa. Kebenaran Isra` Mi`raj adalah kebenaran yang luarbiasa. Keistimewaan ataupun keluarbiasaan tersebut, tidak lain karena pemberontakannya pada tradisi. Kebenaran Isra` Mi`raj adalah kebenaran inkonvensional.
Maka, wajar kiranya, jika banyak orang pun mempertanyakan (meragukan?) ke-shahih-an Isra` Mi`raj tersebut. Menganggap Isra` Mi`raj sebagai sesuatu yang mengada-ada dan dongeng Nabi belaka.
Toh, Isra` Mi`raj bukanlah cerita rekaan ataupun dongeng Nabi. Isra` Mi`raj adalah sebuah firman Ilahi dan, firman Ilahi tetaplah sebuah kebenaran. Kebenaran hakiki dan mutlak yang tidak dapat diganggu-gugat. Meski ia berseberangan dengan tradisi ilmu pengetahuan. Meski ia bertentangan dengan akal nalar manusia.


Albert Einstein
Maka, bukan suatu kebetulan kiranya, jika kemudian Allah ciptakan seorang manusia bernama Albert Einstein, ilmuwan berbangsa Yahudi (bangsa yang sejak awal `menentang` Islam), yang kelak dengan teorinya, kebenaran Isra` Mi`raj menjadi nyata adanya.
Lahir di Jerman tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal di Amerika Serikat tanggal 16 April 1955. Sebagai ilmuwan, Einstein telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya untuk menerobos dan membabat kelebatan dan kepekatan hutan ilmu pengetahuan. Dengan dedikasi dan vitalitasnya yang tinggi, iapun dapat membukakan jalan pencerahan bagi banyak orang. Ia telah menyumbangkan pikiran-pikirannya yang begitu berharga. Menyumbangkan teori-teorinya yang dapat memecahkan banyak teka-teki dan persoalan yang selama ini menyelimuti kehidupan.


Teori Relativitas
Satu dari sekian teorinya, adalah tentang relativitas. Sebuah teori yang mengupas hakikat alam semesta sebagai suatu susunan terpadu di mana segala yang ada di dalamnya, dengan kemajemukan dan keberagamannya, tunduk pada satu hukum universal, dengan kecepatan cahaya sebagai konstanta bandingnya. Sebuah teori yang, kelak melahirkan pula teori (ide) tentang bom atom yang begitu mengerikan itu.
Dalam teorinya itu, Einstein menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang mutlak dalam kehidupan ini. Segala sesuatu relatif dalam gerak dan kedudukannya. Sebuah bola yang bulat, suatu saat akan dapat berubah pipih. Begitu pun penggaris yang panjang, pada saat yang berbeda dapat mengerut, pendek. Sebuah benda yang berbobot ringan di satu saat, dapat menjadi berat atau tidak berbobot sama sekali di saat-saat lainnya. Jarum jam yang bergerak cepat mengukur waktu, ada kalanya menjadi lambat bahkan pada satu titik masa, berhenti sama sekali. Juga jantung yang berdenyut menandai usia, dapat mengalami kelambatan hingga usia pun berjalan lebih lambat dari yang semestinya.

Einstein merumuskan teorinya dalam sebuah persamaan:


t'
=
waktu benda yang bergerak
t
=
waktu benda yang diam
v
=
kecepatan benda
c
=
kecepatan cahaya

Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya, akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c), semakin besar pula efek yang dialaminya (t`): perlambatan waktu. Hingga ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu pun sampai pada satu keadaan nol. Demikian, namun jika kecepatan benda dapat melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah. Efek yang dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya.
Pada awalnya, teori Relativitas itu pun mendapat banyak tentangan. Seperti halnya Nabi saat memberitakan Isra` Mi`raj, Einstein saat mengumumkan teori tersebut, banyak dicemooh bahkan dianggap tidak waras karena, sebagaimana juga Isra` Mi`raj, teorinya itu pun telah menentang tradisi yang selama ini dianut dan dielu-elukan. Relativitas telah menolak kemutlakan ukuran bahwa semua benda selalu dalam keadaan tetap, tidak pernah berubah. Sebuah bola akan tetap bulat, sebuah penggaris akan tetap panjang, usia akan tetap berlari menua, bagaimanapun kondisinya.
Namun ketika laboratorium kemudian dapat menemukan gejala yang sama sebagaimana terurai dalam Relativitas, segera teori itu pun memperoleh kedudukannya yang semestinya sebagai sebuah kebenaran.
Studi tentang sinar kosmis, merupakan satu pembuktian.
Didapati bahwa di antara partikel-partikel yang dihasilkan dari persingungan partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan Atmosfer atas, jauh ribuan meter di atas permukaan bumi, yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai permukaan bumi. Padahal partikel Muon ini mempunyai paruh waktu (half-life) sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua perjuta detik, setengah dari massa Muon tersebut akan meleleh menjadi elektron. Dan dalam jangka waktu dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya (± 300.000 km/dt) sekalipun paling-paling hanya dapat mencapai jarak 600 m. padahal jarak ketinggian Atmosfer di mana Muon terbentuk, dari permukaan bumi, adalah 20.000 m yang mana dengan kecepatan cahaya hanya dapat dicapai dalam jangka minimal 66 mikro-detik.
Lalu, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu?
Ternyata, selama bergerak dengan kecepatannya yang tinggi—mendekati kecepatan cahaya, partikel Muon mengalami efek sebagaimana diterangkan teori Relativitas, yaitu perlambatan waktu.


Kebenaran Isra` Mi`raj
Demikianlah Relativitas telah dapat membuktikan kebenarannya. Menyingkap kebenaran-kebenaran yang selama ini tersembunyi di balik keruwetan dan arogansi ilmu pengetahuan. Termasuk, kebenaran Isra` Mi`raj.
Sebagaimana diterangkan di depan, ketika sebuah benda bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, seperti halnya partikel Muon, benda itu akan mengalami efek perlambatan waktu. Seseorang yang meluncur ke angkasa dengan pesawat yang berkecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka ia akan mengalami pertambahan usia yang lebih lambat dari yang semestinya di bumi. Ketika kembali ke bumi ia akan mendapati bumi telah begitu tuanya sedang dirinya hanya bertambah beberapa waktu saja. Ia telah terlempar ke masa depan. Namun jika kecepatannya ditambahkan hingga melampaui batas kecepatan cahaya, yang akan dialaminya bukanlah perlambatan waktu, namun sebaliknya. Ketika kembali ke bumi, bukan masa depan yang didapatinya. Namun, ia kembali ke masa lalu. Ia telah menjadi penziarah masa lalu.
Dan, inilah yang telah direfleksikan buraq, hewan sejenis kuda bersayap sebagai kendaraan Nabi saat melakukan perjalanan Isra`. Ketika memulai perjalanan yaitu dari Masjid Alharam (Mekkah), dengan daya kecepatan buraq (v>c), Nabi tidaklah mengarah ke masa depan. Namun kembali ke masa lalu. Dan, melewati masa lalu itulah Nabi memberangkatkan perjalanannya. Hingga, seiring guliran-guliran waktu perjalanan itu, perjalannpun melaju ke titik waktu saat mana beliau baru memulai. Hingga, kesan yang ada pun seolah-olah Nabi melakukan perjalanan Isra` Mi`raj hanyalah sesaat. Padahal, hakikatnya, beliau pun menjalani Isra` Mi`raj, berdasarkan `perhitungan` waktu pribadinya, lazimnya perjalanan-perjalanan sejenis lainnya dengan menghabiskan waktu berjam-jam atau berhari-hari atau bahkan lebih.
Demikianlah, Allah memang senantiasa memfirmankan kebenaran. Dan, firman-firman Allah memang senantiasa benar adanya. Meski terkadang akal & logika kita sangat sulit untuk menjangkaunya.
Shadaqallahul-adzim.


Kepustakaan:
  • Addardir, Ahmad. Qishatul Mi`raj lil `Alamah Najmuddin Alghaythy. Usaha Keluarga. Semarang.
  • Alkhaibawi, Usman dan Abdullah Shonhadji (Penj.). Durratun Nashihin: Mutiara Mubaligh, Jilid 2. Almunawar. Semarang.
  • Almuhally, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar Assuyuthy. Tafsirulqur`nilkarim. Toha Putra. Semarang.
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_relativitas
  • http://www.qurancomplex.org
  • Mekantronika, Edisi Maret 1979.
  • Mahmud, Musthafa, Dr. 1981. Einstein dan Teori Relativitas, Cetakan kedua. Al-Hidayah. Jakarta.
  • Hidayah, Edisi 25, Jumadil Ula 1424 H/Agustus 2003.

15 komentar:

  1. Mantap juragan. Artikel ini jadi awal acuan lebih memahami apa dan bagaimana hingga beragama pun menjadi lebih dalam memaknainya.

    BalasHapus
  2. Ehm boleh juga artikel ilmiahnya. Thanks ya.. Tapi aku juga pernah baca isra mikraj di http://abifahd.blogspot.com/2009/04/isra-dan-miraj.html
    Coba deh diliat! buat aku pribadi sih.. Beragama itu jangan ikut-ikutan tapi harus menggunakan akal serta petunjuk yang jelas. Karena islam lebih mengajar umatnya untuk menjadi lebih cerdas bukan taklid buta dan kultus individu.

    BalasHapus
  3. terimaksaih. inilah amal yang ilmiah sehingga bisa lebih mencerahkan

    BalasHapus
  4. Tidak ada suatu bendapun yang tahan bergesekan dengan udara hingga meleleh dikarenakan cepatnya bergerak(melebihi kecepatan cahaya), apakah mungkin buroq mampu bertahan bergesekan dengan udara dgn kecepatan melebihi cahaya?....
    Saya Muslim tapi lebih mempercayai kalau peristiwa miraj isra adalah peristiwa rohani saja (bukan fisik)/mimpi sebab para nabi memang hanya melalui mimpi dalam menerima pesan Allah Swt.

    BalasHapus
  5. Tulisan ini adalah sebentuk usaha untuk mecoba memahami hakikat kebenaran Isra' Mi'raj dari sebuah sisi. Tulisan ini bisa saja salah, karena memang tulisan ini hasil pemikiran manusia. Tentang kekuatan suatu benda menahan gesekan dengan udara, Allah selalu mempunyai cara dan rahasia-Nya sendiri. Dan terlepas dari benarnya tidaknya pemahaman (baca: tulisan) di atas, saya secara pribadi percaya peristiwa Isra' Mi'raj adalah sebuah peristiwa nyata, peristiwa badaniah yang dialami Nabi Muhammad saw secara nyata. Salam. Semoga Allah selalu menguatkan iman kita atas segala kebenaran-Nya. Amin.

    BalasHapus
  6. Perjalanan Nabi mau secara Phisik maupun Secara RUH, menurut saya tidak ada bedanya - artinya tidak mengurangi keimanan saya tentang Isra Miraj. Hanya kalau secara logika (saya) perjalanan Nabi adalah perjalanan ROH. Tidak susah menerangkannya. Saat inipun banyak orang Jawa yang pergi Ke Mekah hanya dalam itungan 1/1000 detik. Namanya Ngraga sukma. Hebatnya, Nabi yang sudah berjumpa Allah - mendapatkan Kemuliaan yang luar biasa - masih mau kembali ke Bumi - Itu yang lebih penting bagi penalaran kita. Jadi nggak perlu pakai Theori Einstein untuk "meligitimate" perjalanan Isra Miraj.

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum Wr.Wb.

    Tulisan yang cukup menarik
    Semoga selanjutnya akan ada analisa2 untuk hal2 lain dapat dijabarkan dengan IpTek yang up to date, sehingga keyakinan kita akan semakin kuat. Amien YRA.

    Saya cuma kurang mengerti, kenapa sekembalinya Rasul dari Sidratul Muntaha, beliau tidak kembali ke masa lalu?
    Apakah Buraq-nya jalannya lebih pelan? (v<c)

    Terima kasih
    Wass

    BalasHapus
  8. Gak masuk akal. Orang mimpi aja kok di gede-gede in dan dijadikan dasar iman. Yang mimpi juga tega, cuma mimpi kok gak ngaku dan membiarkan manusia jadi pada salah sangka semua. Btw, mungkin gak sih pergi ke masjidil agsha, pada saat masjid itu sendiri belum dibangun? Ibarat ngomong : Aku mau ke Ibukota Indonesia yang baru, padahal ibukota itu belum ada. Sebagai info, Masjidil aqsha itu dibangun setelah Nabi meninggal. Nah lho... Belum lagi sosialisasi pembodohan dan ketidak tegasan Allah, dimana perintah Allah bisa di nego, dan Allah ditunjukkan tidak mengerti kemampuan manusia. Nabi harus konsultasi ke Musa sebelum menghadap Allah lagi untuk menego jumlah sholat yang sanggup dilakukan.. Duh... Kok gak pada melek ya. Aneh2 aja.... Maha Besar Allah.

    BalasHapus
  9. kepada anonim: jin ifrit memindah singahasa ratu balqis dalam skejap mata percaya ga?

    BalasHapus
  10. muttaaqin mahmud6 Jun 2011, 09.25.00

    syukron ...saya yaqin kejadiannya dng fisik. sebab itu awalnya di pertentngkan di kalangan ummat terdahulu. apa yg tak bisa di lakukan ALLAH? semua bisakan?

    BalasHapus
  11. Saya baru tau klo isra' mi'raj bisa dibuktikan dgn science. Boleh izin kopas? mw share ke tman2. makasi.

    BalasHapus
  12. BENAR = selama tidak ada yg menyalahkan,Sukses!

    BalasHapus
  13. Subhanallah.. Allah Maha Besar atas segala sesuatu, pikiran pendek kita mungkin tidak sampai, sehingga menganggap itu hanya mimpi, tapi bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin..

    BalasHapus
  14. Kebenaran Isra' Mi'raj, saya yakin itu merupakan peristiwa nyata (kejadian yang dialami Nabi secara utuh/fisik, bukan lewat mimpi). Tulisan tersebut berusaha mengungkapnya lewat ilmu pengetahuan. Pikirkan ketika Allah menciptakan makhluk hidup yang mempunyai berbagai macam anggota tubuh berikut fungsinya, mata yang dapat melihat, belalai gajah yang terdiri dari ribuan otot, otak yang mempunyai ribuan neuron, otot yang melekat pada tulang dan dapat berfungsi dengan baik. Siapa yang menciptakan Semua itu? Allah Swt menciptakannya dengan sangat logis dan para ilmuwan telah menelitinya. Penjelasan mengenai peristiwa Isra' Mi'raj tersebut bisa jadi benar adanya, juga misteri tentang mesin waktu... Wallahu alam bi showab..

    BalasHapus
  15. Apa yang ada di dalam Alqur'an, saya yakin seyakin-yakinnya itu semua adalah kebenaran adanya, meski akal kita kadang tidak dapat menjangkaunya. Berapa kali diulang-ulang dalam berbagai bagian (ayat) Alqur'an Allah menegaskan: 'afalaa ta'qilun, afalaa yatadzakkaruun, dan sebagainya yang memerintahkan kita untuk berpikir dan berpikir, untuk menggunakan logika kita. Karena hakikatnya agama adalah kebenaran yang semestinya bisa dicerna secara logis, bukan dongeng atau rekayasa. Meski di awal-awal banyak syariat yang terkandung di dalam Alqur'an seperti ngawur dan mengada-ada, pengetahuan modern pada akhirnya pun mengakui banyak kebenarannya. Salah satu contoh lain adalah soal tatacara penyembelihan hewan seperti diuraikan di sini: http://www.sihatselalu.com.my/2009/11/kelebihan-menyembelih-binatang.html.

    Semoga Allah selalu membukakan mata hati dan pikiran kita untuk dapat melihat dan menerima kebenaran-Nya. Amin.

    BalasHapus