Maklumat

Tulisan-tulisan terkini dapat juga didapatkan di halaman Kompasiana di alamat https://kompasiana.com/didikaha

Khusus untuk konten-konten sastra seperti puisi, cerpen dan esai silahkan kunjungi http://blog.edelweis-art.com. Terima kasih (Penulis)

Jumat, Agustus 08, 2008

Tentang Kemerdekaan

kemerdekaan adalah meminum
segelas kopi di pagi hari
tanpa terbebani mimpi hujan yang
membakar tubuh kita atau ketakutan
menjelang dan menapaki hari
yang semakin keras dan tajam berkerikil

kemerdekaan adalah asyiknya
kita bercengkrama dan berdiskusi
tentang etalase toko-toko mewah
tanpa disatroni obsesi untuk memilkiki
atau kemurkaan karena kedengkian

kemerdekaan adalah diskusi kita
tentang langit, gunung, laut dan manusia
tanpa dididkte oleh kecurigaan
atau kemunafikan; memihak
dan menjegal lawan

kemerdekaan adalah kita
tidur di malam hari
tanpa harus takut langit akan runtuh
atau bumi yang membelah-belah

tapi kemerdekaan ...
adalah pun kerja keras kita
mendirikan tiang rumah
menghiasi ruang tamu
menanami pohon di halaman
...

Tasikmalaya, 151199 pagi

Setelah Kemerdekaan Itu

aku menatap relung-relung kosong
sebuah bangunan megah yang kini hanya tinggal
puing-puing berserakan
—karena hancur dibakar massa saat reformasi
baru saja menggema di negeri ini
seorang lelaki renta
—pengungsi dari Aceh
meringkuk tidur berbantalkan tangan
beralaskan daun pintu
—yang tak lagi terpakai
wajahnya nampak gelisah
nafasnya tak beraturan
—sesekali ia mengigau
menyebut-nyebut anak dan istrinya
yang
tiga hari lalu
tewas dalam aksi TNI menumpas
GAM yang katanya pengacau itu
setelah kemerdekaan itu
negeriku hanya kian bising
—melebihi bising peluru dan meriam
setelah kemerdekaan itu
negeriku hanya kian kotor
oleh keserakahan dan ambisi
yang kian berserakan
tercecer di setiap ruas jalan
di setiap kotak tempat
di setiap sudut
—melebihi ceceran-ceceran darah dan serakan-serakan mesiu
mungkinkah kemerdekaan
hanya kesempatan
untuk merentangkan tangan
—saling dorong
saling rampok
saling hantam
ah!

September 2003