Maklumat

Tulisan-tulisan terkini dapat juga didapatkan di halaman Kompasiana di alamat https://kompasiana.com/didikaha

Khusus untuk konten-konten sastra seperti puisi, cerpen dan esai silahkan kunjungi http://blog.edelweis-art.com. Terima kasih (Penulis)

Selasa, Maret 04, 2008

Surat (Lama) dari Ibu

melihatmu tumbuh dewasa
adalah semacam
menelan pil pahit
aku tahu aku akan
bahagia
namun aku pun harus
menahan kepedihan
bahwa aku telah kehilangan
anak semata wayangku
bocah yang tangisannya
tak pernah membuatku
sedih
–karena kau selalu
terlelap kemudian di pelukanku
tapi bunga memang harus mekar
burung memang harus terbang
dari sarangnya
musim memang harus berganti
maka
pergilah anakku
gapai bintang kejoramu
gapai matahari jinggamu yang
kerapkali kau ceritakan di saat-saat senja
yang kerapkali kau gumamkan saat lelap malam
hingga, saat kau mempunyai
buah hati nanti
kau pun kan tahu
bahwa saat yang paling membahagiakan adalah
saat kau melihat burung kecilmu itu
mulai belajar meniti dan menuruni
ranting pepohonan
bahwa saat yang paling membahagiakan adalah
saat kau melihat bunga kecilmu
mulai mengembangkan kelopaknya
bahwa saat yang paling membahagiakan adalah
saat musim panasmu
tak lekas berganti hujan
karena kau belum siap
karena kau memang tak pernah siap
menggigil karena tak ada teriknya
kamu pasti kan tahu anakku
pasti

2007/2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar